Kamis, 01 Maret 2012

FASAL 1


(Tentang kembalinya manusia ke tanah asalnya)


Manusia terdiri dari 2 bagian yaitu Jasad dan Ruh. Jasad adalah bagian manusia pada umumnya (dzohiriyah) sedangkan Ruh adalah bagian manusia yang khusus (bathin).
Adapun kembalinya Jasad (manusia pada umumnya) ke tanah asalnya yaitu menuju Alam Derajat dengan mengamalkan Ilmu Syari’at, Ilmu Thoriqot dan Ilmu Ma’rifat.

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
“Hikmah dari kumpulnya (Syari’at, Thoriqot dan Ma’rifat) yaitu mengetahui yang haq (Allah) ketika beramal dengan tanpa riya dan sum’ah ”.

Karena sesungguhnya Alam Derajat itu terbagi menjadi 3 bagian,
1.    Syurga yang berada di Alam Mulki, disebut Syurga Ma’wa.
2.    Syurga yang berada di alam Malakut, disebut Syurga Na’im.
3.    Syurga yang berada di alam Jabarut, disebut Syurga Firdaus.
Adapun yang disebutkan diatas adalah beberapa kenikmatan yang bersifat jasmaniyah. Jasmani tidak akan dapat sampai pada alamnya (tempatnya) kecuali dengan mengamalkan 3 ilmu yaitu Ilmu Syari’at, Ilmu Thoroqit dan Ilmu Ma’rifat.

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
“Hikmah dari kumpunlnya (Syari’at, Thoriqot dan Ma’rifat) adalah mengetahui yang haq (Allah) dan mengamalkannya, mengetahui yang bathil dan menjauhinya”.

Dan sebagaimana Rasulullah SAW menyebutkan dalam sebuah doa :
“Ya Allah, tunjukkan pada-ku mana yang haq benar-benar haq dan berilah kekuatan kepada-ku untuk bisa mengikutinya (haq). Dan tunjukkanlah pada mana yang benar-benar bathil dan berilah kekuatan pada-ku untuk menjauhinya”.

Dan sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
“Barangsiapa yang mengenal dirinya sendiri dan menentang segala keinginannya, maka ia benar-benar telah mengenal Tuhan-nya dan mau mengikutinya”.
Adapun tempat kembali dan pulangnya Ruh (bagian manusia yang khusus) adalah menuju alam Qurbah, hal tersebut bisa tercapai sebab mengamalkan Ilmu Hakikat, yaitu yang disebut dengan Ilmu Tauhid di alam Qurbah Lahut, yaitu ketika perjalanan hidupnya di dunia ia selalu membiasakannya baik dalam keadaan tidur maupun sadar, karena ketika jasadnya tertidur maka akan dirasakan bahwasanya hatinya terlepas dan pergi menuju tanah asalnya. Adapun kejadian tersebut (terlepasnya hati) adakalanya dengan seluruh bagian-bagiannya, dan ada juga yang hanya bagian tertentu dari hati tersebut saja.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman :
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan ”. QS. Az-Zumar : 42.

Oleh karena hal tersebut, Nabi bersabda :
“Tidurnya orang alim (ber-ilmu) lebih baik dari pada ibadahnya seribu orang yang bodoh ”.
Maksudnya adalah sesudah hidup hati dengan Cahaya Tauhid, mengucapkan dengan lisan sir (rahasia) tanpa huruf dan suara.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman dalam hadist Qudsi :
“Manusia adalah rasa-Ku, dan Aku tersembunyi di dalam manusia”.

Allah Ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya Ilmu Bathin adalah sebuah rahasia dari beberapa rahasia-Ku yang Aku ciptakan di dalam hati hamba-hambaKu. Dan tidak akan ada yang tahu kecuali Aku”.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman :
“Aku tergantung pada prasangka hamba hamba-Ku, dan Aku beserta hamba ketika ia mengingatku. Ketika ia mengingat-Ku, maka aku akan bersamanya. Dan ketika ia benar-benar mengingat-Ku dengan sepenuh hati, maka Aku-pun akan benar-benar bersamanya. Sesungguhnya hal tersebut adalah lebih baik”.
Yang dimaksud hamba-hamba diatas adalah manusia yang sedang bertafakur.


Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:
“Bertafakur selama 1 jam lebih baik dibandingkan beribadah 1 tahun”.

Sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Bertafakur selama 1 jam lebih baik dibandingkan beribadah 70 tahun ”.

Dan sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Bertafakur selama 1 jam lebih baik dibandingakan ibadahnya 1000 tahun”.
Buah atau yang sebenarnya dari hadist-hadist diatas adalah boleh dikatakan sebagai berikut :
“Barang siapa yang bertafakur di dalam hal-hal furu’iyah, maka nilai tafakurnya dalam 1 jam lebih baik dibandingkan selama 1 tahun”.
“Barangsiapa yang bertafakur tentang sesuatu yang wajib baginya, maka nilai tafakurnya dalam 1 jam lebih baik dibandingkan ibadah selama 70 tahun”.
“Dan barangsiapa yang bertafakur untuk berma’rifat (mengenal) Allah, maka nilai tafakurnya ddalam 1 jam lebih baik dibandingkan ibadah selama 1000 tahun”.
Maksudnya adalah bertauhid, karena dengan Tauhid para ahli ma’rifat bisa mencapai kepada sesuatu yang dikenal dan dicintainya, yaitu Allah SWT. Dan buahnya adalah ruh-nya bisa terbang menuju Alam Qurbah.
Orang ahli ibadah terbang menuju syurga, sedangkan orang ahli ma’rifat terbang menuju alam Qurbah.

Para ahli syair melantunkan sebuah syair (ruba’i) yang berbunyi :
Hatinya orang-orang yang kasmaran dapat memandang.
Dapat melihat sesuatu yang orang lain tidak dapat melihatnya.
Mempunyai sayap tanpa daging dan darah yang dapat terbang.
Menuju kerajaan Tuhan alam semesta ini!

Adapun sayap untuk terbang ini berada di dalam bathinnya orang-orang ‘arif (ahli ma’rifat), yaitu hakikatnya manusia yang disebut juga dengan Kekasih, Muhrim dan Pengantinnya Allah SWT.

Syekh Abu Yazid Al-Busthomi pernah berkata :
“Ahlinya Allah yaitu adalah pengantin-pengantinNya”.



Dalam riwayat yang lain menyebutkan :
“Para Auliya (kekasih Allah) adalah pengantin-pengantin Allah. Maka tidak akan ada yang tahu pengantin kecuali oleh pasangan (muhrim)nya sendiri. Mereka tertutupi hijab kemanusiaan, sehingga tidak akan ada yang dapat melihatnya kecuali Allah SWT ”.

Allah Ta’ala berfirman dalam hadist Qudsyi :
“Kekasih-Ku ada didalam perlindungan-Ku. Tidak ada yang dapat mengetahui mereka kecuali Aku”.
Dan manusia tidak akan bisa melihat dzohir pengantinya kecuali hanya hiasannya saja.

Syekh Yahya Ibnu Mu’adz Ar-Rozi berkata :
“Para kekasih Allah adalah minyak wangi Allah di dalam dunia. Wanginya dapat dirasakan oleh hati orang-orang yang jujur sampai kedalam hatinya, maka merekapun merasa rindu dan ingin kembali kepadaNya”.
Maka menjadi sebab bertambahnya ibadah mereka melalui jalan atau tata cara yang berbeda-beda tergantung dari ukuran ke-fanaan mereka, karena semakin dekat dengan Allah SWT maka ukuran ke-fanaannya pun akan semakin bertambah.
“Kekasih-Ku adalah orang yang fana karena Aku di dalam tingkahnya”.
Selebihnya, ia selalu musyahadah (memandang) kepada yang haq, dan tidak ada dalam dirinya sebuah ikhtiyar (usaha) apapun karena ia benar-benar merasa lemah dan tidak sanggup apa-apa, tidak ada satupun yang menyertainya dan dapat menguatkannya kecuali Allah SWT, itulah orang yang akan diberi kedudukan yang mulia (karomah) dan disamarkan kemuliaannya tanpa diperlihatkan atau dipamerkan. Karena memperlihat/memamerkan rahasia yang bersifat ketuhanan hukumnya kufur.

Disebutkan didalam kitab Al-Mirshod :
“Orang-orang yang mempunyai karomah (kemuliaan) itu tertutupi (samar)”.
Karomah adalah kelebihannya seorang laki-laki, sedangkan wali mempunyai 1000 macam maqom (kedudukan), dan kedudukan yang paling awal adalah jalan Karomah. Maka barangsiapa berhasil melewatinya maka ia akan mendapatkan kedudukan-kedudukan yang lainnya, begitu juga sebaliknya, apabila ia gagal melewatinya maka ia tidak akan mendapatkan apa-apa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar