Jumat, 24 Februari 2012

Mukodimah

MUKODIMAH
(Menerangkan tentang Awal Penciptaan Mahluk)

Ketahuilah, sesungguhnya Allah SWT telah mendatangkan kepadamu sesuatu yang dicintai dan diridhoiNya, ketika Allah SWT menciptakan Ruh Muhammad SAW pada awalnya dari Nur sifat Jamal (Keagungan)Nya.
Sebagaimana Allah SWT berfirman :
“Aku ciptakan Ruh Muhammad SAW dari Nur Dzat-Ku”.
Sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Sesuatu yang Allah ciptakan pertama adalah Ruh-ku, Sesuatu yang Allah ciptakan pertama adalah Nur-ku, sesuatu yang Allah ciptakan pertama adalah Qolam dan sesuatu yang Allah ciptakan pertama adalah Akal”.
Yang dimaksud semuanya adalah sesuatu yang satu, yaitu Hakikat Muhammad SAW, tetapi dinamakan Nur karena terang, bersih dari kegelapan Al-Jalaliyah.
Allah Tabaroka Wata’ala berfirman :
“Sesungguhnya telah datang kepadamu dari Allah sebuah cahaya dan kitab yang jelas” QS. Al-Maidah : 15

Akal bisa menemukan segalanya, sedangkan Qolam menjadi sebab berpindahnya ilmu, seperti halnya pena yang menjadi alat berpindahnya ilmu ke dalam bentuk huruf/tulisan.
Maka Ruh Muhammad adalah bentuk yang murni, awalnya mahluk yang ada di alam semesta ini dan merupakan asal cikal bakalnya mahluk.

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
“Aku diciptakan dari Allah, dan orang-orang mukmin diciptakan dari-ku”.

Dan Allah SWT menciptakan semua ruh di alam Lahut dari Nur Muhammad di dalam kesempurnaan bentuk pada hakikatnya. Muhammad adalah adalah nama global dari seluruh manusia di alam (Lahut) tersebut, yaitu yang disebut dengan Tanah Asal.
Sesudah berselang 40.000 tahun di alam lahut, kemudian Allah menciptakan ‘Arsy dan semua alam semesta dan isinya dari Nur dzatnya Nabi Muhammad SAW, maka kemudian Allah SWT memasukan para arwah tersebut kedalam ciptaanNya yang paling rendah yaitu beberapa Jasad.

Sebagaimana Allah SWT berfirman :
“Kemudian Kami masukan ia ke dalam bentuk yang paling rendah”.
QS. At-Tin : 15.

Maksudnya ialah turunnya ruh pada awalnya dari alam Lahut ke alam Jabarut, kemudian Allah memakaikan kepada mereka (ruh) sebuah pakaian yang bersal dari Nur Jabarut, yaitu sebuah pakaian yang menutupi qubul dan duburnya, maka kemudian ruh tersebut diberi nama Ruh Sulthoni. Kemudian Allah menurunkan kembali ruh yang sudah memakai pakian tersebut ke alam Malakut dan diberi pakaian kembali yang berasal dari Nur Malakut, dan mereka di beri nama dengan Ruh Ruhani, kemudian diturunkan kembali ke alam Mulki dan diberi pakaian yang berasal dari Nur Mulki dan kemudian diberi nama Ruh Jismani. Kemudian Allah menciptakan jasad dari Tanah alam mulki tersebut.

Sebagaimana Allah SWT  berfirman :
“Dari tanah Aku menjadikan kamu sekalian, dan ke dalam tanah Aku akan mengembalikan kamu dan dari dalam tanah kembali Aku membangkitkan kamu sekalian pada kehidupan yang lain”. QS. Toha : 55.

Kemudian Allah SWT memerintahkan ruh-ruh tersebut untuk masuk kedalam jasad, maka dengan perintah Allah ruh tersebut pun masuk.

Sebagaimana Allah SWT berfirman :
“ Aku tiupkan kedalam jasad roh-Ku...”. QS. Shod : 72.

Maka ketika ruh-ruh tersebut menyatu didalam jasad, mereka menjadi lupa semuanya, asal-usulnya dan tentang hari perjanjian mereka dengan Allah SWT ketika ditanya oleh Allah SWT, “Apakah Aku ini Tuhanmu? Kemudian mereka menjawab : iya!”. Dan mereka berjanji akan selalu menyebut dan mengingat-ngingat namanya sampai hari kiamat. Mereka (para ruh) lupa. Maka ruh-ruh tersebut tidak akan bisa pulang kembali ke tanah asalnya (alam Lahut), maka Allah Ar-Rohman merasa kasihan kepada mereka dengan menurunkan Kitab Samawiyah untuk mengingatkan mereka kepada tanah asalnya.

Sebagaimana Allah SWT berfirman :
“Dan Allah mengingatkan mereka akan hari-hari Allah”. QS. Ibrohim : 5.
Yaitu hari bersamanNya, Tentang perjalanan mereka yang sudah terlewat. Untuk alasan inilah para Nabi-nabi terdahulu sampai dengan diutusnya Ruh Agung yaitu Nabi Muhammad SAW yang menjadi utusan terahir dan menjadi petunjuk dari jalan yang salah, beliau dan para nabi-nabi lainnya di utus ke dunia ini dan pergi ke akhirat yaitu untuk mengingatkan ruh akan perjalanannya menuju tanah asal mereka, maka hanya sedikit sekali yang ingat, berkeinginan dan mau pulang menuju tanah asalnya (Alam Lahut).
Maka Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW terhadap golongan orang-orang yang lupa, supaya mata hati mereka terbangun dan sadar dari tidur yg melelapkan, maka Nabi pun memanggil-manggil mereka untuk kembali kepada Allah SWT, berkumpul kembali dengaNya dan merasakan kembali sifat Jamal-Nya yg Azali.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman :
“Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata".
QS. Yusuf : 108.

Rasulullah SAW bersabda :
“Sahabat-sahabat-ku adalah umpama bintang di langit. Sesiapa daripada
mereka yang kamu ikuti, maka kamu akan temui jalan yang benar”.

Mata hati adalah bagian dari Dzatnya Ruh, yang akan terbuka di dalam jantung hati orang-orang yg sudah menjadi kekasih-nya Allah (para Auliya). Dan yang demikian tersebut tidak akan tercapai hanya dengan Ilmu Dzohir, tetapi harus dengan Ilmu Laduni Al-Bathin.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman :
“Dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami”.
QS. Al-Kahfi : 65.

Maka wajib hukumnya bagi tiap-tiap manusia untuk bisa mencapai hal tersebut (membuka mata hati) bagi orang-orang yang mempunyai mata hati dengan ditalqin oleh Wali Mursyid (Guru) yang mengetahui dan dapat menjelaskan tentang perjalanan ruh dari Alam Lahut dahulu. Maka wahai saudar-saudara... bergegaslah kalian semua meminta pengampunan dari Allah SWT dengan cara bertaubat dan kembali kepadaNya.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman :
“Dan bergegaslah kamu sekalian menuju pengampunan dari Tuhan-mu, Syurga luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” QS. Al-Imron : 133.
Maka masuklah kalian pada jalan tersebut dan kembalilah kepada Tuhan kalian yaitu Allah SWT dengan beberapa kunci (cara) keruhanian tersebut sebelum jalan tersebut terputus dan tidak ada lagi yang menemani-mu di alam tersebut.

Oleh karena itu para Nabi-Nabi kalian menunggu dan bersusah payah dikarenakan kalian, dan tidak sekali-sekali Aku (Nabi Muhammad SAW) diturunkan ke dunia yang hina ini hanya sekedar untuk makan dan memenuhi kebutuhan badan saja, dan bukan hanya untuk memanjakan keinginan nafsu yang hina ini.

Sebagaimana Rasululloh SAW bersabda :
“Aku bersusah payah karena umat-ku yang ada di ahir zaman”.

Adapun Ilmu yang diturunkan kepadaku yaitu ada 2 macam ilmu, yaitu Ilmu Dzohir dan Ilmu Bathin, maksudnya ialah Ilmu Syari’at dan Ilmu Ma’rifat. Adapun kedudukannya Ilmu Syari’at adalah pada dzohir-ku, dan Ilmu Ma’rifat untuk bathin-ku, sampai hasil dari kumpulnya kedua ilmu tersebut yaitu Ilmu Hakikat. Seperti halnya kumpulnya pohon dan daunnya yang menghasilkan buah.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman :
“Terbentang 2 samudera yang saling bertemu, dan diantaranya terdapat daratan yang tak berujung”.

Maka hanya dengan mengandalkan Ilmu Dzohir, tidak akan bisa mencapai ilmu Hakikat dan tidak akan samapai pada tujuan yang dimaksud. Maka Ibadah yang sempurna ialah dengan keduanya (dzohir dan bathin), bukan dengan salah satunya saja.


Allah Ta’ala berfirman :
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”. QS. Adzariyat : 56.
Maksudnya ialah supaya mereka mengenal dan berma’rifat.
Karena, barangsiapa yang tidak mengenal Allah SWT, bagaimana ia akan beribadah/menyembahNya.

Sesungguhnya ilmu Ma’rifat bisa dicapai dengan cara membuka/menyingkirkan hijab nafsu dari Kaca Hati, yaitu dengan cara membersihkan dan mensucikannya, sesudah hal tersebut tercapai maka akan terlihat eloknya tempat atau harta karun yang disamarkan didalam Sir Palung Hati.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman dalam hadist Qudsi :
“Sesungguhnya Aku berada pada suatu tempat/harta karun yang disamarkan, maka Aku senang untuk dikenal, maka aku ciptakan mahluk supaya mengenak-Ku”.
Maka, oleh karena itu jelaslah sudah, sesungguhnya Allah SWT menciptakan manusia untuk berma’rifat/mengenal kepadaNya.

Adapun Ilmu Ma’rifat itu terbagi menjadi 2 macam :
1.    Ma’rifat Sifat Allah (Mengenal sifat-sifat Allah SWT), yaitu diperuntukan bagi Jasmani di Dunia dan Akhirat.
2.    Ma’rifat Dzat Allah (Mengenal dzat Allah SWT), yaitu diperuntukan bagi Ruh Qudus di Alam Akhirat.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman :
“dan Kami memperkuatnya dengan Ruh Qudus”. QS. Al-Baqoroh : 87.
Dan mereka diperkuat dengan Ruh Qudus.

Dan 2 macam Ilmu Ma’rifat tersebut tidak akan berhasil tanpa dengan kedua ilmu yg sudah diterangkan sebelumnya, yaitu Ilmu Dzohir dan Ilmu Bathin.

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
“Ilmu itu ada 2, Ilmu Lisan (ucapan) yaitu untuk menjadi dalil dan bukti akan adanya Allah. Dan Ilmu Jinan (Jinan) itulah yang disebut Ilmu yang dapat bermanfaat (Nafi’) ”. Yaitu dapat mencapai maksud yang dituju.
Adapun pada awalnya manusia membutuhkan Ilmu Syari’at, agar dapat berhasil usaha jasmaniyah/badannya dalam berma’rifat kepadaNya, yaitu di dalam Alam Sifat atau disebut juga Alam Derajat. Kemudian dilanjutkan dengan Ilmu Bathin, agar dapat berhasil usaha ruh dalam  berma’rifat kepadaNya. Dan hal tersebut tidak akan berhasil kecuali dengan membuang kotoran/larangan-larangan yang bertentangan dengan Syari’at dan Thoriqot, dengan cara harus siap dan menerima untuk memerangi nafsu dan bersusah payah dalam kehidupan demi hanya untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT dengan tanpa riya (Ingin dilihat) dan sum’ah (Ingin didengar).

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman :
“Barangsiapa mengharapkan dapat bertemu dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah sekali-kali ia mempersekutukan apapun dalam beribadat kepada Tuhannya”.
QS. Al-Kahfi : 110.

Adapun Alam Ma’rifat adalah Alam Lahut atau yang disebut dengan tanah asal yang sudah diterangkan sebelumnya. Di alam tersebut Ruh Qudus diciptakan dengan bentuk yang sempurna. Yang dimaksud dengan Ruh Qudus tersebut adalah hakikatnya manusia (Insan Hakiki) yang diletakan didalam  Palung Hati, dan bisa dzohir wujudnya dengan taubat, talqin dan membiasakan lisannya untuk selalu mengucap-ucapkan kalimat “Lailaha ilallah” pada tahap awalnya, setelah hatinya hidup kemudian kalimat “Lailaha ilallah” tersebut dibiasakan diucapkan di dalam hati. Ketika dalam keadaan rohani yang demikian (dzohir/wujudnya ruh qudsi) maka bisa sebut kembali dengan sebutan “Bocah ma’ani” karena di dalam maknanya suci kembali dari segala seperti halnya seorang bocah/bayi.
Ruh Qudus bisa dinamakan bocah karena beberapa alasan, yang pertama yaitu dilahirkannya ruh qudus dari hati, seperti halnya dilahirkannya seorang anak dari seorang ibu yang kemudian mengurus dan mendidiknya sampai anak tersebut tumbuh besar sedikit demi sedikit. Ke-dua, yaitu bahwa sesungguhnya kewajiban belajar dan pendidikan itu buat anak-anak pada umumnya, pelajaran ma’rifat pada anak tersebut (Tiflul Ma’ani) juga sama halnya. Yang ke-tiga, ialah sesungguhnya anak-anak masih bersih dari kotoran dosa dzohiriyah, maka oleh karena itu sama halnya dengan Bocah Ma’ani tersebut yang disucikan dari kotoran dosa syirik dan Ghoflah Jamaniyah (Lupa yang bangsa jasmani). Yang ke-empat, yaitu Sesungguh perumpamaan gambaran ini (bocah) ini untuk anak yang sudah besar, oleh karena itu dalam beberapa keadaan bisa juga diumpamakan dengan apa saja yang dikehendaki seperti halnya malaikat. Yang ke-lima, yaitu sesungguhnya Allah Ta’ala mensifati buah-buahan syurga dengan bocah atau anak-anak.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman :
“Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda”.
QS. Al-Waqi’ah : 17. 

Dan Allah SWT berfirman :
“Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan”. QS At-Thur : 24.

Yang ke-enam, yaitu sesungguhnya sebutan tersebut (anak-anak) di ibaratkan karena kelembutannya (ruh qudus) dan kebersihannya dari dosa. Yang ke-tujuh, yaitu mutlaknya sebutan bocah tersebut adalah bukan dilihat dari segi kecilnya, tetapi dilihat dari segi awal perjalanannya kembali yaitu sebagai manusia hakiki (ruh qudus), dinisbatkan ruh qudus selalu bersama Allah SWT seperti halnya jisim dan jasmani yang tidak terhalang (menyatu).

Seperti sabda Rasulullah SAW yang berbunyi :
“Ada saat dimana aku bersama Allah SWT, tanpa para malaikat muqorobun dan nabi yang diutus ”.
Maksunya nabi disini adalah adalah dzohirnya Nabi Muhammad SAW, Malaikat Muqorobun adalah ruh ruhani-nya Nabi yang diciptakan dari Nur Jabarut, seperti halnya para Malaikat yang tidak bisa masuk pada Alam Lahut.

Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Sesungguhnya Allah mempunyai syurga yang di dalamnya tidak ada bidadari-bidari, gedung, lautan madu dan susu. Yang ada hanya melihat Dzat-nya Allah”.

Sebagaimana Allah SWT berfirman :
“Banyak wajah-wajah pada hari itu berseri-seri”. QS. Qiyamah : 22.

Rasulullah SAW bersabda :
“Akan datang masanya dimana kamu bisa memandang Tuhan-mu seperti halnya kamu sekalian memandang rembulan”.
Dalam keadaan tersebut apabila ada satu mahluk walaupun itu malaikat, maka akan terbakar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar