Kamis, 08 Maret 2012

FASAL 2

(Tentang turunnya manusia ke dunia)


Setelah Allah SWT menciptakan ruh Qudsi di Alam Lahut dengan bentuk yang sempurna, maka Allah SWT berencana menurunkan mereka ke dunia untuk menguji apakah mereka akan melupakanNya atau malah bertambah dekat denganNya di tempat yang benar menurut Yang Maha Kuasa, itulah yang disebut dengan kedudukan para Nabi dan Auliya.
Kemudian Allah SWT menurunkan mereka (arwah) ke alam Jabarut dengan nur Tauhid didalam alam tersebut yang kemudian dibuat seperti pakaian (pakaian antara qubul dan dubur) dan dipakaikan pada mereka (arwah), begitulah seterusnya sampai di alam Mulki, Allah SWT menciptakan pakaian buat mereka yaitu pakaian‘Unsuriyah (4 unsur) yaitu dari tanah, air, udara dan api, supaya para arwah tersebut tidak terbakar didalam alam tersebut. Itulah yang disebut dengan jasad.

Adapun beberapa nama-nama pakaian mereka adalah sebagai berikut :
-    Ruh Sulthoni adalah pakaian yang diberikan di alam Jabarut yaitu pakian di antara qubul dan dubur, berasal dari nur Jabarut.
-    Ruh Ruhani Nuroni adalah pakaian yang diberikan di alam Malakut yang berasal dari nur Malakut.
-    Ruh Jismani yaitu pakaian yang diberikan di alam Mulki yang berasal dari 4 unsur (api, air, tanah dan udara).

Adapun sesudah diketahui tujuannya bahwa turunnya ruh ke dunia ini untuk di beri ujian dalam berusaha untuk dekat kembali dan berusaha mencapai derajat kemuliaan dengan pelantaraan hati dan qolab (tanazul & taroqi), kemudian Allah SWT menanamkan bibit Tauhid di dalam hati mereka yang di umpamakan sebagai bumi agar kelak dapat tumbuh menjadi pohon Tauhid yang akarnya ada di dalam sir hati dan dapat menghasilkan buah Tauhid dengan ridho dari Allah SWT. Ditanamkan juga bibit Syari’at di dalam hati mereka agar tumbuh pohon syari’at di dalam hatinya dan dapat menghasilkan buah derajat (kedudukan yang mulia).

Allah SWT memerintahkan para ruh untuk masuk ke dalam jasad dan kemudian membagi-bagi tempat di dalamnya untuk tiap-tiap ruh tersebut sebagai berikut :
-    Tempatnya Ruh Jismani di dalam jasad ialah di dalam darah dan daging.
-    Dan, tempatnya Ruh Qudsi adalah di dalam sir.

Masing-masing ruh tersebut di dalam jasad mempunyai tempat/daerah, tugas, urusan, membutuhkan dan menfaat yang berbeda. Ibarat sebuah dagangan, mereka menawarkan dan membeli barang yang berbeda dan keuntungan yang berbeda pula yang tidak akan pernah merugi, baik secara tidak langsung (sir) maupun secara langsung (jelas).
"Daripada apa yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terang,(mereka) mengharapkan perniagaan yang tidak akan rugi". (Surah Fatir, ayat 29).

Maka sangat penting bagi setiap manusia untuk dapat mengetahui dan memahami semua tentang dirinya (ruh) dan memahami akan tujuan sebenarnya yang sudah dibebankan kepada mereka.

Sebagaimana Allah SWT berfirman :
“Maka Apakah Dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur”. QS. AL-‘Adiyat : 9.

Dan sebagaimana Allah Ta’ala berfirman :
“Dan tiap-tiap manusia Kami gantungkan (catatan) amalannya pada tengkuknya...”. QS. Bani Isra’il : 13.

Hadist ke-4 (Qodo dan Qodar)

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ   ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ      أَوْ سَعِيْدٌ.    فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ  الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا                              

[رواه البخاري ومسلم]



Terjemah Hadits / ترجمة الحديث :

Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radiallahuanhu beliau berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan : Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada Ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga  maka masuklah dia ke dalam surga.

(Riwayat Bukhori dan Muslim).



Hadist ke-3 (Iman, Islam dan Ihsan)

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ
 الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ   وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ .  

[رواه مسلم]



Arti hadits / ترجمة الحديث :



Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang  membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“.  Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata:  “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda:  “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian)  berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “.

(Riwayat Muslim)

Kamis, 01 Maret 2012

Info Beasiswa

Thank buat A.Al-farisi atas infonya...

Beasiswa untuk warga NU, PBNU menerima permohonan beasiswa for:
1. Australia & Aljazair : Semua jurusan
2. Taiwan : Jurusan pertanian S1 s/d S3
3. Harvard seminari : Jurus Islamic Studies S2 & S3
4. Muslim exchange to Australia

Permohonan dikirim kepada Bapak Ajat Sudrajat, kantor PBNU, Jl. Kramat Raya no 164 Jakarta Pusat 10430, telp 021-31909735, CP Bapak Ajat nomor HP. 085312346312, email: sudrajat_lc@yahoo.co.id, akhir permohonan 7 Maret 2012.
------------>>> umumkan ini kepada yang lain, trimakasih

FASAL 1


(Tentang kembalinya manusia ke tanah asalnya)


Manusia terdiri dari 2 bagian yaitu Jasad dan Ruh. Jasad adalah bagian manusia pada umumnya (dzohiriyah) sedangkan Ruh adalah bagian manusia yang khusus (bathin).
Adapun kembalinya Jasad (manusia pada umumnya) ke tanah asalnya yaitu menuju Alam Derajat dengan mengamalkan Ilmu Syari’at, Ilmu Thoriqot dan Ilmu Ma’rifat.

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
“Hikmah dari kumpulnya (Syari’at, Thoriqot dan Ma’rifat) yaitu mengetahui yang haq (Allah) ketika beramal dengan tanpa riya dan sum’ah ”.

Karena sesungguhnya Alam Derajat itu terbagi menjadi 3 bagian,
1.    Syurga yang berada di Alam Mulki, disebut Syurga Ma’wa.
2.    Syurga yang berada di alam Malakut, disebut Syurga Na’im.
3.    Syurga yang berada di alam Jabarut, disebut Syurga Firdaus.
Adapun yang disebutkan diatas adalah beberapa kenikmatan yang bersifat jasmaniyah. Jasmani tidak akan dapat sampai pada alamnya (tempatnya) kecuali dengan mengamalkan 3 ilmu yaitu Ilmu Syari’at, Ilmu Thoroqit dan Ilmu Ma’rifat.

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
“Hikmah dari kumpunlnya (Syari’at, Thoriqot dan Ma’rifat) adalah mengetahui yang haq (Allah) dan mengamalkannya, mengetahui yang bathil dan menjauhinya”.

Dan sebagaimana Rasulullah SAW menyebutkan dalam sebuah doa :
“Ya Allah, tunjukkan pada-ku mana yang haq benar-benar haq dan berilah kekuatan kepada-ku untuk bisa mengikutinya (haq). Dan tunjukkanlah pada mana yang benar-benar bathil dan berilah kekuatan pada-ku untuk menjauhinya”.

Dan sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
“Barangsiapa yang mengenal dirinya sendiri dan menentang segala keinginannya, maka ia benar-benar telah mengenal Tuhan-nya dan mau mengikutinya”.
Adapun tempat kembali dan pulangnya Ruh (bagian manusia yang khusus) adalah menuju alam Qurbah, hal tersebut bisa tercapai sebab mengamalkan Ilmu Hakikat, yaitu yang disebut dengan Ilmu Tauhid di alam Qurbah Lahut, yaitu ketika perjalanan hidupnya di dunia ia selalu membiasakannya baik dalam keadaan tidur maupun sadar, karena ketika jasadnya tertidur maka akan dirasakan bahwasanya hatinya terlepas dan pergi menuju tanah asalnya. Adapun kejadian tersebut (terlepasnya hati) adakalanya dengan seluruh bagian-bagiannya, dan ada juga yang hanya bagian tertentu dari hati tersebut saja.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman :
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan ”. QS. Az-Zumar : 42.

Oleh karena hal tersebut, Nabi bersabda :
“Tidurnya orang alim (ber-ilmu) lebih baik dari pada ibadahnya seribu orang yang bodoh ”.
Maksudnya adalah sesudah hidup hati dengan Cahaya Tauhid, mengucapkan dengan lisan sir (rahasia) tanpa huruf dan suara.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman dalam hadist Qudsi :
“Manusia adalah rasa-Ku, dan Aku tersembunyi di dalam manusia”.

Allah Ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya Ilmu Bathin adalah sebuah rahasia dari beberapa rahasia-Ku yang Aku ciptakan di dalam hati hamba-hambaKu. Dan tidak akan ada yang tahu kecuali Aku”.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman :
“Aku tergantung pada prasangka hamba hamba-Ku, dan Aku beserta hamba ketika ia mengingatku. Ketika ia mengingat-Ku, maka aku akan bersamanya. Dan ketika ia benar-benar mengingat-Ku dengan sepenuh hati, maka Aku-pun akan benar-benar bersamanya. Sesungguhnya hal tersebut adalah lebih baik”.
Yang dimaksud hamba-hamba diatas adalah manusia yang sedang bertafakur.


Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:
“Bertafakur selama 1 jam lebih baik dibandingkan beribadah 1 tahun”.

Sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Bertafakur selama 1 jam lebih baik dibandingkan beribadah 70 tahun ”.

Dan sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Bertafakur selama 1 jam lebih baik dibandingakan ibadahnya 1000 tahun”.
Buah atau yang sebenarnya dari hadist-hadist diatas adalah boleh dikatakan sebagai berikut :
“Barang siapa yang bertafakur di dalam hal-hal furu’iyah, maka nilai tafakurnya dalam 1 jam lebih baik dibandingkan selama 1 tahun”.
“Barangsiapa yang bertafakur tentang sesuatu yang wajib baginya, maka nilai tafakurnya dalam 1 jam lebih baik dibandingkan ibadah selama 70 tahun”.
“Dan barangsiapa yang bertafakur untuk berma’rifat (mengenal) Allah, maka nilai tafakurnya ddalam 1 jam lebih baik dibandingkan ibadah selama 1000 tahun”.
Maksudnya adalah bertauhid, karena dengan Tauhid para ahli ma’rifat bisa mencapai kepada sesuatu yang dikenal dan dicintainya, yaitu Allah SWT. Dan buahnya adalah ruh-nya bisa terbang menuju Alam Qurbah.
Orang ahli ibadah terbang menuju syurga, sedangkan orang ahli ma’rifat terbang menuju alam Qurbah.

Para ahli syair melantunkan sebuah syair (ruba’i) yang berbunyi :
Hatinya orang-orang yang kasmaran dapat memandang.
Dapat melihat sesuatu yang orang lain tidak dapat melihatnya.
Mempunyai sayap tanpa daging dan darah yang dapat terbang.
Menuju kerajaan Tuhan alam semesta ini!

Adapun sayap untuk terbang ini berada di dalam bathinnya orang-orang ‘arif (ahli ma’rifat), yaitu hakikatnya manusia yang disebut juga dengan Kekasih, Muhrim dan Pengantinnya Allah SWT.

Syekh Abu Yazid Al-Busthomi pernah berkata :
“Ahlinya Allah yaitu adalah pengantin-pengantinNya”.



Dalam riwayat yang lain menyebutkan :
“Para Auliya (kekasih Allah) adalah pengantin-pengantin Allah. Maka tidak akan ada yang tahu pengantin kecuali oleh pasangan (muhrim)nya sendiri. Mereka tertutupi hijab kemanusiaan, sehingga tidak akan ada yang dapat melihatnya kecuali Allah SWT ”.

Allah Ta’ala berfirman dalam hadist Qudsyi :
“Kekasih-Ku ada didalam perlindungan-Ku. Tidak ada yang dapat mengetahui mereka kecuali Aku”.
Dan manusia tidak akan bisa melihat dzohir pengantinya kecuali hanya hiasannya saja.

Syekh Yahya Ibnu Mu’adz Ar-Rozi berkata :
“Para kekasih Allah adalah minyak wangi Allah di dalam dunia. Wanginya dapat dirasakan oleh hati orang-orang yang jujur sampai kedalam hatinya, maka merekapun merasa rindu dan ingin kembali kepadaNya”.
Maka menjadi sebab bertambahnya ibadah mereka melalui jalan atau tata cara yang berbeda-beda tergantung dari ukuran ke-fanaan mereka, karena semakin dekat dengan Allah SWT maka ukuran ke-fanaannya pun akan semakin bertambah.
“Kekasih-Ku adalah orang yang fana karena Aku di dalam tingkahnya”.
Selebihnya, ia selalu musyahadah (memandang) kepada yang haq, dan tidak ada dalam dirinya sebuah ikhtiyar (usaha) apapun karena ia benar-benar merasa lemah dan tidak sanggup apa-apa, tidak ada satupun yang menyertainya dan dapat menguatkannya kecuali Allah SWT, itulah orang yang akan diberi kedudukan yang mulia (karomah) dan disamarkan kemuliaannya tanpa diperlihatkan atau dipamerkan. Karena memperlihat/memamerkan rahasia yang bersifat ketuhanan hukumnya kufur.

Disebutkan didalam kitab Al-Mirshod :
“Orang-orang yang mempunyai karomah (kemuliaan) itu tertutupi (samar)”.
Karomah adalah kelebihannya seorang laki-laki, sedangkan wali mempunyai 1000 macam maqom (kedudukan), dan kedudukan yang paling awal adalah jalan Karomah. Maka barangsiapa berhasil melewatinya maka ia akan mendapatkan kedudukan-kedudukan yang lainnya, begitu juga sebaliknya, apabila ia gagal melewatinya maka ia tidak akan mendapatkan apa-apa.

Minggu, 26 Februari 2012

Kisah Ashabul Kahfi

Kisah ini begitu kesohor. Dengan kekuasaan-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menidurkan sekelompok pemuda yang berlindung di sebuah gua selama 309 tahun. Apa hikmah di balik ini semua?

Ashhabul Kahfi adalah para pemuda yang diberi taufik dan ilham oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga mereka beriman dan mengenal Rabb mereka. Mereka mengingkari keyakinan yang dianut oleh masyarakat mereka yang menyembah berhala. Mereka hidup di tengah-tengah bangsanya sembari tetap menampakkan keimanan mereka ketika berkumpul sesama mereka, sekaligus karena khawatir akan gangguan masyarakatnya. Mereka mengatakan:

رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ لَنْ نَدْعُوَ مِنْ دُوْنِهِ إِلَهًا لَقَدْ قُلْنَا إِذًا شَطَطًا

“Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi, kami sekali-kali tidak akan menyeru Rabb selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang jauh.” (Al-Kahfi: 14)
Yakni, apabila kami berdoa kepada selain Dia, berarti kami telah mengucapkan suatu شَطَطًا (perkataan yang jauh), yaitu perkataan palsu, dusta, dan dzalim.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan perkataan mereka selanjutnya:

هَؤُلاَءِ قَوْمُنَا اتَّخَذُوا مِنْ دُوْنِهِ آلِهَةً لَوْلاَ يَأْتُوْنَ عَلَيْهِمْ بِسُلْطَانٍ بَيِّنٍ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللهِ كَذِبًا

“Kaum kami ini telah mengambil sesembahan-sesembahan selain Dia. Mereka tidak mengajukan alasan yang terang (tentang keyakinan mereka?) Siapakah yng lebih dzalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?” (Al-Kahfi: 15)
Ketika mereka sepakat terhadap persoalan ini, mereka sadar, tidak mungkin menampakkannya kepada kaumnya. Mereka berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memudahkan urusan mereka:

رَبَّنَاآتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا

"Wahai Rabb kami, berilah kami rahmat dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami." (Al-Kahfi: 10)
Mereka pun menyelamatkan diri ke sebuah gua yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala mudahkan bagi mereka. Gua itu cukup luas dengan pintu menghadap ke utara sehingga sinar matahari tidak langsung masuk ke dalamnya. Kemudian mereka tertidur dengan perlindungan dan pegawasan dari Allah selama 309 tahun. Allah Subhanahu wa Ta’ala buatkan atas mereka pagar berupa rasa takut meskipun mereka sangat dekat dengan kota tempat mereka tinggal. Allah Subhanahu wa Ta’ala sendiri yang menjaga mereka selama di dalam gua. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَنُقَلِّبُهُمْ ذَاتَ الْيَمِيْنِ وَذَاتَ الشِّمَالِ

“Dan Kami bolak-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri.” (Al-Kahfi: 18)
Demikianlah agar jasad mereka tidak dirusak oleh tanah. Setelah tertidur sekian ratus tahun lamanya, Allah Subhanahu wa Ta’ala membangunkan mereka لِيَتَسَاءَلُوا (agar mereka saling bertanya), dan supaya mereka pada akhirnya mengetahui hakekat yang sebenarnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالُوا رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْ فَابْعَثُوا أَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هَذِهِ إِلَى الْمَدِْينَةِ

"Berkatalah salah seorang dari mereka: ‘Sudah berapa lama kalian menetap (di sini)?’ Mereka menjawab: ‘Kita tinggal di sini sehari atau setengah hari.’ Yang lain berkata pula: ‘Rabb kalian lebih mengetahui berapa lamanya kalian berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kalian pergi ke kota membawa uang perakmu ini’.” (Al-Kahfi: 19)
Di dalam kisah ini terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah yang nyata. Di antaranya:
1. Walaupun menakjubkan, kisah para penghuni gua ini bukanlah ayat Allah yang paling ajaib. Karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai ayat-ayat yang menakjubkan yang di dalamnya terdapat pelajaran berharga bagi mereka yang mau memerhatikannya.
2. Sesungguhnya siapa saja yang berlindung kepada Allah, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala melindunginya dan lembut kepadanya, serta menjadikannya sebagai sebab orang-orang yang sesat mendapat hidayah (petunjuk). Di sini, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah bersikap lembut terhadap mereka dalam tidur yang panjang ini, untuk menyelamatkan iman dan tubuh mereka dari fitnah dan pembunuhan masyarakat mereka. Allah menjadikan tidur ini sebagai bagian dari ayat-ayat (tanda kekuasaan)-Nya yang menunjukkan kesempurnaan kekuasaan Allah dan berlimpahnya kebaikan-Nya. Juga agar hamba-hamba-Nya mengetahui bahwa janji Allah itu adalah suatu kebenaran.
3. Anjuran untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat sekaligus mencarinya. Karena sesungguhnya Allah mengutus mereka adalah untuk hal itu. Dengan pembahasan yang mereka lakukan dan pengetahuan manusia tentang keadaan mereka, akan menghasilkan bukti dan ilmu atau keyakinan bahwa janji Allah adalah benar, dan bahwa hari kiamat yang pasti terjadi bukanlah suatu hal yang perlu disangsikan.
4. Adab kesopanan bagi mereka yang mengalami kesamaran atau ketidakjelasan akan suatu masalah ilmu adalah hendaklah mengembalikannya kepada yang mengetahuinya. Dan hendaknya dia berhenti dalam perkara yang dia ketahui.
5. Sahnya menunjuk wakil dalam jual beli, dan sah pula kerjasama dalam masalah ini. Karena adanya dalil dari ucapan mereka dalam ayat:

فَابْعَثُوا أَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هَذِهِ إِلَى الْمَدِيْنَة

“Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota membawa uang perakmu ini.” (Al-Kahfi: 19)
6. Boleh memakan makanan yang baik dan memilih makanan yang disenangi atau sesuai selera, selama tidak berbuat israf (boros atau berlebihan) yang terlarang, berdasarkan dalil:

فَلْيَنْظُرْ أَيُّهَا أَزْكَى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِنْهُ

"Hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu." (Al-Kahfi: 19)
7. Melalui kisah ini kita dianjurkan untuk berhati-hati dan mengasingkan diri atau menjauhi tempat-tempat yang dapat menimbulkan fitnah dalam agama. Dan hendaknya seseorang menyimpan rahasia sehingga dapat menjauhkannya dari suatu kejahatan.
8. Diterangkan dalam kisah ini betapa besar kecintaan para pemuda yang beriman itu terhadap ajaran agama mereka. Dan bagaimana mereka sampai melarikan diri, meninggalkan negeri mereka demi menyelamatkan diri dari segenap fitnah yang akan menimpa agama mereka, untuk kembali pada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
9. Disebutkan dalam kisah ini betapa luasnya akibat buruk dari kemudaratan dan kerusakan yang menumbuhkan kebencian dan upaya meninggalkannya. Dan sesungguhnya jalan ini adalah jalan yang ditempuh kaum mukminin.
10. Bahwa firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

قَالَ الَّذِيْنَ غَلَبُوا عَلَى أَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِمْ مَسْجِدًا

“Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: ‘Sungguh kami tentu akan mendirikan sebuah rumah ibadah di atas mereka’.” (Al-Kahfi: 21)
Di dalam ayat ini terdapat dalil bahwa masyarakat di mana mereka hidup (setelah bangun dari tidur panjang) adalah orang-orang yang mengerti agama. Hal ini diketahui karena mereka sangat menghormati para pemuda itu sehingga sangat berkeinginan membangun rumah ibadah di atas gua mereka. Dan walaupun ini dilarang –terutama dalam syariat agama kita– tetapi tujuan diceritakannya hal ini adalah sebagai keterangan bahwa rasa takut yang begitu besar yang dirasakan oleh para pemuda tersebut akan fitnah yang mengancam keimanannya, serta masuknya mereka ke dalam gua telah Allah Subhanahu wa Ta’ala gantikan sesudah itu dengan keamanan dan penghormatan yang luar biasa dari manusia. Dan ini adalah ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap orang yang menempuh suatu kesulitan karena Allah, di mana Dia jadikan baginya akhir perjalanan yang sangat terpuji.
11. Pembahasan yang berbelit-belit dan tidak bermanfaat adalah suatu hal yang tidak pantas untuk ditekuni, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

فَلاَ تُمَارِ فِيْهِمْ إلاَّ مِرَاءً ظَاهِرًا

“Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang keadaan mereka, kecuali pertengkaran lahir saja.” (Al-Kahfi: 22)
12. Faedah lain dari kisah ini bahwasanya bertanya kepada yang tidak berilmu tentang suatu persoalan atau kepada orang yang tidak dapat dipercaya, adalah perbuatan yang dilarang. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan:

وَلاَ تَسْتَفْتِ فِيْهِمْ مِنْهُمْ أَحَدًا

"Dan jangan pula bertanya mengenai mereka (para pemuda itu) kepada salah seorang di antara mereka itu." (Al-Kahfi: 22)
Wallahu a’lam.

(Diambil dari Taisirul Lathifil Mannan karya Asy-Syaikh As-Sa’di rahimahullahu)

Jumat, 24 Februari 2012

Bagaiman kita berzakat?

Niat Zakat Orang membayarkan zakat harus dengan niat. Niat itu dengan ikhlas lillahi ta'ala, artinya zakat itu dilaksanakan karena diperintahkan diwajibkan oleh Allah, berharap semoga zakatnya diterima oleh Allah yang dengan sendirinya ia akan mendapat pahala balasan dan penuh keyakinan. Kesemuanya itu berdasar atas Al Qur'an surat Al Bayyinah (98:5): 'Mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama dengan lurus'. Adapun pelaksanaan niat itu ialah pada waktu melaksanakan zakat. Waktu Membayarkan zakat itu harus pada waktu telah a'da kepastian wajib zakat. Tidak boleh ditunda-tunda, kecuali bila karena sesuatu keadaan yang memaksa belum dapat dilaksanakan, boleh ditunda sekedarnya. Hal itu berdasar atas hadis Bukhari dari Utbah bin Harits: 'Utbah bin Harits berkata: 'Saya shalat 'Ashar dengan Rasulullah, setelah salam beliau cepat cepat berdiri dan mendatangi salah seorang dari isterinya dan segera ke luar. Utbah tahu bahwa para sahabat keheran-heranan atas serba cepat Rasulullah itu. Akhirnya beliau menjelaskan: Saya sewaktu shalat teringat sebatang emas yang ada pada kami, saya tidak senang bila emas itu malam-malam masih ada pada kami, maka saya perintahkan untuk dibagi". Di samping yang demikian, bagi seorang yang telah dapat mengira-ngirakan bahwa dia akan berkewajiban zakat, diperbolehkan mengeluarkan zakatnya sebelum waktunya yang biasa dinamakan "Takjil" (menyegerakan), artinya membayarkan zakat sebelum waktu kepastiannya. Keadaan ini dapat terjadi disebabkan adanya mustahikkin yang demikian perlu segera menerima bagian. Sebagai contoh, zakat fitrah itu mulai diwajibkan pada terbenam matahan malam Idul Fithri, akan tetapi boleh ditakjil sejak mulai bulan Ramadlan. Berdoa waktu menerima zakat Siapa yang menerima pembagian zakat hendaklah mendoakan muzakki (orang yang berzakat). Dalam Al Qur'an surat Al Taubah (QS.9:103) Allah memerintahkan berdoa: 'Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui'. Doa itu sebagaimana pernah diajarkan oleh Imam Syafi'i, sebagai berikut: "Semoga Allah memberi pahala atas apa yang engkau berikan dan semoga Allah memberi barokah atas
apa yang masih sisa/ada padamu'. Doa itu kurang diketahui oleh orang~rang yang biasa menerima zakat, sebaiknya mereka diberi pelajaran tentang doa itu agar pada setiap menerima zakat dapat berdoa, meskipun doa itu hanya diucapkan dalam bahasa Indonesia saja. Jlka kebetulan penerimaan zakat itu bersifat beramai-ramai, bersama sama, alangkah baiknya berdoa itu dilakukan juga bersama-sama. Jangan dipilih yang jelek-jelek Binatang ternak sapi, kerbau dan kambing tentu ada yang balk, gemuk, sehat, dan ada yang jelek, kurus, sakit sakitan, hasil bumi padi, jagung, anggur, singkong, kentang dan lain-lain ada pula yang baik dan ada pula yang jelek. Emas dan perak tentu ada yang murni dan ada yang campuran, atau berbeda-beda karatnya. Selanjutnya perlu diperhatikan : a. Jika pungutan zakat itu oleh pemerintah/penguasa janganlah mengambil yang baik-baik saja, ambilah yang sedang-sedang tingkatannya. Dalam hal ini pada waktu Rasulullah mengutus shahabat Muadz bin Jabal ke Yaman pesannya antara lain : "Jika mereka taat tentang pengeluaran zakat, maka berhati-hatilah jangan mengambil dari harta mereka untuk zakat yang baik-baik saja". b. Jika zakat itu dikeluarkan sendiri oleh muzakki, janganlah mengambil untuk zakat yang jelek-jelek ataupun yang sedang sedang, ambillah yang baik-baik. Hal itu ditegaskan di dalam Al Qur'an surat Al Baqarah (2:267) "Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". Orang yang bershadaqah apakah wajib (zakat-red) ataukah sunah (infaq shadaqah-red) jangan sekali-kali membatalkan pahalanya. Allah berfirman: "Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut~yebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia". (QS. 2 : 264). [yus/pkpu